ONews-id.com(Jakarta)Beberapa orang mungkin masih menganggap bahwa anak yang berperawakan pendek (stunted), merupakan anak stunting. Padahal, menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), anak pendek belum tentu stunting. “Masyarakat perlu tahu tidak semua yang pendek itu stunting, tapi semua stunting itu pendek,” ujar Hasto kepada Kompas.com, Rabu (29/6/2022). Untuk diketahui, stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1.000 hari pertama kehidupan, dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak maupun tumbuh kembang. Baca juga: Waspadai Stunting pada Anak, Dokter Ingatkan untuk Penuhi Nutrisi Hariannya Lantaran mengalami kekurangan gizi menahun, bayi dengan stunting akan tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Kendati tubuh pendek memang menjadi salah satu gejala stunting, Hasto mengingatkan bahwa ada beberapa ciri yang menunjukkan anak stunting. Berdasarkan studi UNICEF Indonesia tahun 2012, anak yang stunting prestasi pendidikannya cenderung buruk dibandingkan anak yang tidak stunting. Akibatnya, banyak anak stunting yang putus sekolah karena kemampuan berpikirnya yang kurang. Dokter Hasto berkata, untuk disebut sebagai stunting ada tiga syarat yang harus dipenuhi, antara lain: Anak bertubuh pendek Kecerdasan dan kemampuan berpikirnya cenderung rendah, di bawah rata-rata anak sebayanya Anak dengan stunting lebih mudah sakit. Di usia 40 tahun, mereka yang mengalami stunting pun berisiko terkena penyakit metabolik disorder seperti kencing manis, dan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Stunting juga masih menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Sebab, prevalensi stunting di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, masih berada di kisaran 24,4 persen. Diakui Hasto, angka ini melebihi ketentuan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 20 persen.
Lantas, bagaimana cara mencegah stunting? “Gimana cara menghindari stunting adalah 1.000 hari kehidupan pertama, jadi bisa ditarik mundur lagi sebelum hamil harus sehat. Jangan hamil kalau anemia, sekarang 36 persen perempuan anemia,” papar Hasto. “Perempuan setiap bulan keluarkan dari 200 cc karena menstruasi, tapi dia tidak merasa kekurangan darah, biasa aja menganggapnya, sehingga tidak ada obat penambah darah yang diminum, akhirnya anemia,” tambahnya. Berkaca pada kasus anemia di negara-negara maju yang sedikit, dr Hasto mengatakan bahwa hal itu kemungkinan disebabkan kebutuhan gizinya seimbang dan terpenuhi dengan baik.Maka, ia mendorong agar para perempuan yang berencana untuk hamil bisa memenuhi nutrisi hariannya guna mencegah anemia. “Cara mencegah biar enggak stunting, sebelum hamil jangan anemia, jangan kurus juga badannya meskipun saya juga pesan jangan overweight,” imbuhnya. Ketika anak lahir, para ibu juga perlu memberikan ASI eksklusif setidaknya selama enam bulan kepada anaknya. “ASI eksklusif itu salah satu cara untuk supaya tidak stunting,” kata Hasto. Selain itu, mengutip laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kamis (28/3/2019), ada beberapa cara yang bisa dilakukan ibu untuk mencegah stunting pada anak antara lain: 1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan, agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen sesuai anjuran dokter. Ibu hamil juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. 2. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI Ketika bayi menginjak usia enam bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini, pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. 3. Selalu pantau tumbuh kembang anak Orangtua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa anak secara berkala ke posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan maupun penanganan jika mengindikasikan adanya masalah kesehatan. 4. Jaga kebersihan lingkungan Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit terutama kalau lingkungan sekitar kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan risiko stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara, salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. Artinya, menjaga kebersihan dapat membantu anak terhindar dari berbagai masalah kesehatan termasuk stunting.